Hikmah Sabar Menghadapi Ujian Dan Musibah
Di dalam surah al-Mulk, ALlah menyatakan bahwa Dia menciptakan hidup dan mati untuk menguji manusia siapakah di kalangan manusia paling baik amalnya.
Dalam hidup manusia menghadapi pelbagai bentuk ujian sama ada dalam bentuk musibah/kesusahan dan juga ujian dalam bentuk kesenangan/kemewahan.
Seringkali apabila manusia diuji dengan musibah mereka keluh kesah dan merana. Tapi ketahuilah bahawa di sebalik musbah itu ada hikmah yang sangat besar. Nabi bersabda:
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مع عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إذا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رضى فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
“Sesungguhnya besarnya pahala tergantung dengan besarnya ujian. Sesungguhnya, apabila Allâh mencintai suatu kaum, maka Dia akan mengujinya. Siapa yang ridha dengan ujian itu, maka ia akan mendapat keridhaan-Nya. Siapa yang membencinya maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya.” ( Riwayat At-Tirmizi, 4/601 ; Tuhfatul Ahwazi, 7/65 ; Albani : Hasan Sohih)
Mukmin Tulen Sentiasa Tabah
Ciri seorang mukmin tulen sebagaimana kata Nabi s.a.w:
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Amat dikagumi sifat orang mukmin, yaitu semua urusan yang menimpanya adalah baik, dan tidaklah seorang mukmin itu kecuali apabila di timpa kebaikan, ia bersyukur lalu menjadi kebaikan baginya; dan bila ditimpa musibah keburukan ia bersabar dan menjadi kebaikan baginya apabila ia ditimpa” (HR. Muslim)
Sabar adalah perkataan yang selalu kita ungkapkan. Apabila ada musibah menimpa orang sekeliling kita, dengan mudah kita melafazkan, sabarlah.
However, the real test comes when we ourselves are facing such time of trial. Baru ketika itu kita benar-benar menghayati arti sabar yang sebenarnya.
Musibah dalam dalam pelbagai bentuk sama ada kehilangan harta, perceraian, menjadi mangsa fitnah, kematian dan sebagainya. Apa arti sabar yang sebenarnya?
Bagaimana kita boleh memberi definisi yang tuntas terhadap sabar ini. Apakah tanda menunjukkan bahawa seorang itu benar-benar sabar menghadapi ujian itu?
Persoalan-persoalan ini sebenarnya tidak mudah diungkapkan; sudah pastinya tidak semudah bila kita menasihatkan orang lain agar bersabar.
Abu Zakaria Ansari berkata, “Sabar merupakan kemampuan seseorang dalam mengendalikan dirinya terhadap sesuatu yang terjadi, baik yang disenanginya maupun yang dibencinya.”
Abu Ali Daqaq mengatakan, “Hakikat sabar ialah keluar dari suatu bencana sebagaimana sebelum terjadi bencana itu.”
Dan Imam al-Ghazali mengatakan, “Sabar ialah suatu kondisi jiwa yang terjadi karena dorongan ajaran agama dalam mengendalikan hawa nafsu.”
Dengan demikian, sabar dapat berarti konsisten dalam melaksanakan semua perintah Allah dalam segala keadaan. Berani menghadapi kesulitan dan tabah dalam menghadapi cobaan selama dalam perjuangan untuk mencapai tujuan.
Karena itu, sabar erat hubungannya dengan pengendalian diri, sikap, dan emosi. Apabila seseorang telah mampu mengawal mengendalikan nafsunya, maka sikap/sifat sabar akan tercipta.
Selanjutnya, sabar juga berarti teguh hati tanpa mengeluh, saat ditimpa bencana. Jadi yang dimaksud dengan sabar menurut pengertian Islam ialah rela menerima sesuatu yang tidak disenangi dengan rasa ikhlas serta berserah diri kepada Allah.
Dan dapat pula dikatakan bahwa secara umum sabar itu ialah kemampuan atau daya tahan manusia menguasai sifat destruktif yang terdapat dalam tubuh setiap orang.
Jadi, sabar itu mengandungi unsur perjuangan tidak menyerah dan menerima begitu saja.
Sabar itu membentuk jiwa manusia menjadi kuat dan teguh tatkala menghadapi bencana (musibah). Jiwanya tidak bergoncang, tidak gelisah, tidak panik, tidak hilang keseimbangan, tidak berubah pendirian.
Tak ubahnya laksana batu karang di tengah lautan yang tidak bergeser sedikit pun tatkala dipukul ombak dan gelombang yang bergulung-gulung.
Sifat sabar itu hanya dikaruniakan Tuhan kepada manusia, tidak kepada makhluk yang lain.
Sebab, di samping manusia mempunyai hawa nafsu, ia juga dianugerahi akal untuk mengendalikan hawa nafsu itu supaya jangan sampai merusak atau merugikan.
Sedang makhluk hewani hanya dilengkapi dengan hawa nafsu, tidak mempunyai akal. Oleh sebab itu ia tidak mampu bersikap sabar. Malaikat juga tidak memerlukan sifat sabar, karena ia tidak memiliki hawa nafsu.
Sirah para anbiya’, ulama kaya dengan kisah-kisah kesabaran insan-insan pilihan Allah (seperti kisah yang diketahui tentang ketabahan nabi Ayyub a.s. tabah menghadapi pelbagai ujian).
Bagaimanapun, bagi orang-orang awam (kebanyakan) bilakh kita mengetahui bahawa kita telah mampu dengan izin Allah bersabar menghadapi ujian yang besar.
Seorang alim ditanyakan apakah tanda-tanda bahawa seseorang itu telah mencapai tahap kesabaran yang tinggi jawab beliau: apabila hamba Allah tersebut telah sampai ke satu tahap di saat hebatnya musibah di mana kebanyakan orang akan cenderung untuk berkata mampukah lagi aku bersabar?
Namun biarpun di saat yang getir sedemikian dia masih mampu ridha dan sabar, maka itulah satu tanda dia mencapai tahap kesabaran yang tinggi.
Sama-samalah kita berdoa agar Allah mengaruniakan kita dengan sifat yang amat sinonim dengan Mukmin sejati ini, yang begitu mudah dilafazkan lisan namun tidak enteng diterjemahkan dalam kehidupan di saat musibah melanda.
Wallahu ‘a’lam
Sumber: akhwatmuslimah.com
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://islamidia.com/hikmah-sabar-menghadapi-ujian-dan-musibah/